Langsung ke konten utama

Postingan

Tips Memadamkan Amarah dari Seneca

Risalah kepada Novatus, kakaknya Seneca, yang meminta nasihat kepadanya.  𝘏𝘰𝘸 𝘛𝘰 𝘒𝘦𝘦𝘱 𝘠𝘰𝘶𝘳  𝘊𝘰𝘰𝘭, secara slang dapat kita translasikan "Gimana sih biar tetep tenang santuy". Total halaman vii + 143 tanpa bab-bab layaknya transkip khotbah yang panjang. Pembahasannya dapat diklasifikasikan ke dalam dua subjek.  Pertama-tama Seneca membahas apa itu amarah, ciri-ciri dan sifat, dan (sebagai tambahan sekunder) membuat komparasi dengan sensasi psikis—atau diistilahkan Seneca sebagai "gairah"—lain semisal iri dan tamak. Kemudian ia memberi tips-tips bagaimana amarah dapat dieliminir, dijinakkan, dan dikelola.  𝗗𝗲𝗳𝗶𝗻𝗶𝘀𝗶, 𝗖𝗶𝗿𝗶, 𝗦𝗶𝗳𝗮𝘁 Ada beberapa definisi dibuat oleh Seneca tentang amarah. Pertama, kegilaan sesaat, karena ekspresi wajah dan 𝘨𝘦𝘴𝘵𝘶𝘳𝘦 tubuh yang agresif tidak beda dengan orang gila. Kedua, hasrat untuk menghukum terhadap apa yang dianggapnya keliru, yang memunculkan rasa sakit enosional dalam dirinya.  Amarah oleh Se...
Postingan terbaru

How To Die, Nasihat Seneca tentang Kematian

Tentang kematian. Buku ini berisi petuah-petuah Seneca ke kawan dan orang-orang dekat yang butuh nasihat penghiburan. Yah, topik yang tabu bagi kebanyakan awam tetapi mendapat posisi penting dalam banyak perenungan para filsuf. Terdiri lima bab, enam bersama epilog, buku How To Die (Sebuah Panduan Klasik Menjelang Ajal) yang entah editornya siapa ini adalah potongan-potongan petuah dalam surat-surat Seneca ke kawan dan kenalan, yang disusun sistematis sedemikian rupa. Ada beberapa hal penting bisa kita tarik sebagai kesimpulan penting dari buku dengan total halaman ix + 157 ini. Pertama . Seneca memberi nasihat kepada kita akan pentingnya merenungkan kematian agar kita siap kapan saja ia datang. Keterlemparan ke dunia ini dipungkasi kematian, kita harus bersiap diri secara mental dengan harapan kita mampu melewati fase itu dengan tidak banyak gangguan. ... bayi, anak kecil, atau orang-orang yang pikirannya terganggu tidak ada yang takut pada kematian; sangat menyedihkan apabila nalar ...

Tindakan Religius: Ekspresi Budaya, Coping Mechanism, dan Korupsi

Ini buku membuka wawasan lebih jauh mengenai neurosains dan, alih-alih spiritualisme, fenomena tuhan antromorfis. Berjudul 𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯 𝙙𝙖𝙡𝙖𝙢 𝘖𝘵𝘢𝘬 𝘔𝘢𝘯𝘶𝘴𝘪𝘢. Beliau memakai kata "𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺" pada judul buku. Membincangkan hubungan spiritualitas dengan kesehatan dan kedokteran. Namun rasa-rasanya ada yang belum jernih dikupas beliau mengenai istilah spiritualitas dengan religiusitas. Penjernihan Istilah Religiusitas terekpresikan dalam bentuk tindakan religius. Tidak semua tindakan religius ada hubungannya dengan spiritual dan apalagi spiritualisme, yaitu bertalian pertumbuhan batin seseorang menjadi longgar tiada beban dan berangkat dari itu ia berkembang menjadi baik, entah kepada diri sendiri dan efek lanjutannya atau fudhlah -nya kepada sesamanya dan mahluk lain.  Religiusitas yang terekspresikan dalam tindakan religius sebagian besarnya adalah sekedar ekspresi budaya. Sekedar tradisi. Kebingungan arti persis religius dan spiritual adalah jawaban mengapa, seper...

Menyelami Hakikat Esa

Untuk, setidaknya secara ide, mengerti apa sih maksud kata "esa", bisa merenungkan perumpamaan "kereta kuda" Banthe Nagasena ke Raja Minander I Soter (Milinda) dalam Milinda Panna . Beliau bertanya ke raja yang mengunjunginya itu. Kira-kira dalam bahasa kekinian adalah begini: manakah yang disebut kereta? Apa rodanya? Apakah as antara dua roda, tempat duduk sais, atau malah jari-jari roda? Atau yang mana?  Anda pasti menjawab bahwa kereta kuda terdiri dari bagian-bagian yang menyusunnya, yang mana tiap bagian itu tersusun oleh bagian-bagian lain hingga tiada terinci lagi. Jari-jari roda kereta kuda dari kayu, pasti! Dari mana kayu itu? Dari pohon. Dari mana pohon itu? Dari bibit pohon. Dari mana bibit pohon itu? Dari pohon sebelumnya. Dari mana pohon sebelumnya? Hingga kita bisa melacaknya ke sains bagaimana kehidupan ini muncul.  Tak ada yang datang dari kehampaan. Semuanya di-sini. Anda bukan di alam semesta, anda adalah alam semesta. Anda tiada datang, tiada perg...

Intisari Buku Mengenai Kelahiran Karya Ajahn Buddhadāsa

Sekalipun bukan perihal tujuan paling subtansial dari ajaran Buddhisme, menurut saya, kelahiran kembali adalah topik debateable dalam khasanah intelektual Buddhisme. Sebagai khasanah intelektual, karenanya kelahiran kembali atau kadang dipergunakan istilah "tumimbal lahir" lebih kentara penjelasannya sebagai proposisi filsafat, sekalipun Ajahn Buddhadāsa menerangkan dalam bahasa keseharian awam. Ajahn Buddhadāsa dalam seri nomor empat dari satu set buku Seri-seri Dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami ini menerangkan bahwa yang dimaksud kelahiran adalah "kelahiran mental", atau dalam istilah saya adalah keterusmenerusan bereksistensi (mengada), suatu rasa sadar bahwa ini aku dan selainnya bukan aku . Intisari Buku Dari pembacaan buku, berikut kiranya dapat disarikan dari pembacaan buku ini dalam sajian poin-poin paragraf. Pertama . Dari sudut historis dan kultural, Ajahn Buddhadāsa di awal buku menerangkan bagaimana pandangan spekulatif filosofis dan kultural orang...

Hidup dalam Kesaatkinian dan Manfaatnya oleh Ajahn Buddhadāsa

Ini adalah seri nomor tiga dari satu set Seri Dasar-dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami oleh Ajahn Buddhadāsa (1906–1993). Diterbitkan oleh Penerbit Dian Dharma pada 2024. Berdimensi 12,5 cm x 18,5 cm dan berketebalam 44 halaman. Buku ini membahas tentang pentingnya hidup dalam kesaatkinian, karena dalam ajaran Buddhisme hanya, yang oleh bahasa diistilahkan,  saat kini  yang benar-benar nyata, yang demikian adanya. Sebagai kebenaran non-konvensi. Kehidupan manusia dan semua mahluk bertalian erat dengan pencarian kebahagiaan. Hidup sendiri adalah nyata adanya pada kesaatkinian terus menerus. Anda bernafas pada saat kini terus menerus, bukan tadi ataupun nanti. Maka kebahagiaan bukan ditemukan pada—apa yang dikonsepsikan pikiran sebagai—masa lalu ataupun masa depan, dalam bentuk mengembangkan harap damba kuat. Mengapa Saat-Kini ? Manusia awam mengabaikan absurditas kehidupan dengan mengembangkan hasrat harapan. Munculnya hasrat harapan erat kaitannya dengan hidup kita yang r...

Beberapa Kesalahpahaman tentang Buddhisme

Karena tinggal di lingkungan non-Buddhis, kadang obrolan beralih ke Buddhisme. Mungkin ingin mengenal. Banyak hal ternyata disalahpahami. Ini, dari pribadi saya, memberi ide untuk menulis. Kesalahpahaman imi dapat dimaklumi karena banyak saudara kita penganut agama-kepercayaan Semitik, kepercayaan monoteisme dan menekankan ritual pengelu-eluan serta pemujaan, mengira semua agama secara basis fundamental adalah sama. Sebagian saya beri gambaran sependek saya tahu, sebagian lagi saya biarkan karena saking sulitnya. 1 / Dikira kepercayaan monoteisme Banyak mengira bahwa agama Buddha berpusat pada kepercayaan pada Tuhan Personal atau Tuhan antromorfik, yaitu sebuah sosok yang digambarkan pikiran bisa marah dan bisa tersipu-sipu jika dipuji via ritual. Tuhan digambarkan memiliki tabiat seperti manusia: marah, cemburu, narsistik, ngasih bonus kalau hatinya senang, suka ngamuk-ngamuk kalau tidak dituruti kemauannya, haus pujian, mengalami gangguan psikosis untuk selalu dijadikan pusat perha...