Langsung ke konten utama

Postingan

Bedah Biografi Naratif Sang Buddha karya Sherab Kรถdzin Kohn

Secara rangka bangun berisi seperti umumnya kita baca, mengisahkan kelahiran, pencarian spritual untuk terbebas dari fenomena kelahiran dan hal yang sudah pasti mengikutinya, peristiwa tersibak tirai batin (Kebuddhaan), hingga menyajikan secara naratif tantangan Sang Tathagata mengajarkan tentang Dhamma. Juga berisi, seperti umumnya problematika keorganisasian, dinamika membangun sangha. Ketika beliau dihadapkan bibit perpecahan disebabkan satu siswa monastiknya, yang kemudian berbalik hendak mengkudetanya dari pimpinan sangha. Dialah Devadatta. Sebuah biografi epik, dipadukan dengan gaya dialog diantaranya. Walau begitu ada bagian-bagian yang tertulis dalam buku, hemat saya pribadi, cukup sekedar dibaca saja. Dibaca sambil lalu saja. Koreksi Filsosofis dan Sosial Dalam pembacaan buku ini, saya menggarismerahi bagian dalam uraian buku yang tampaknya menjadi antitesis dari pandangan reinkarnasi dan (walau tidak tidak dinyatakan terbuka oleh penulis) atman-anatman. Sebuah koreksi filosof...
Postingan terbaru

Refleksi Novel Buddha Sebuah Novel-nya Deepak Chopra

Ini adalah novel berjudul sama kedua aku beli, untuk koleksi. Kadang, saya membacai ulang bagian yang menyimpan pesan ajaran, yang perlu kita bacai seksama dan mengontemplasikannya. Salah satu novel yang berkontribusi kepada diriku tentang, setidaknya secara pemahaman, apa yang dikehendaki dari tiada aku ( anatta ), atau aku ( atta ) yang sekedar ilusi alias tidak hakiki atau bukan sejatinya aku. Si  aku  hanya konsepsi bentukan mental. Dok. Pribadi. Anatta adalah satu dari tiga Ciri Universal Keberadaan ( Tilakkhana ). Dua lainnya adalah impermanesi atau dalam pemahamanku bahwa semua hal mengalami perubahan tanpa ujung (anicca) dan berikutnya adalah penderitaan atau tidak memuaskan (dukkha) yang dalam pemahaman sederhanaku adalah semua susunan yang memiliki atribut mental mengalami ketidakpuasan dan penderitaan (dukkha). Pengalamanku, menyadari anatta adalah poin krusial dalam ajaran Sang Buddha. Secara alamiah untuk terjadinya transformasi psikis yang setelahnya kelegaan yan...

Tips Memadamkan Amarah dari Seneca

Risalah kepada Novatus, kakaknya Seneca, yang meminta nasihat kepadanya.  ๐˜๐˜ฐ๐˜ธ ๐˜›๐˜ฐ ๐˜’๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ฑ ๐˜ ๐˜ฐ๐˜ถ๐˜ณ  ๐˜Š๐˜ฐ๐˜ฐ๐˜ญ, secara slang dapat kita translasikan "Gimana sih biar tetep tenang santuy". Total halaman vii + 143 tanpa bab-bab layaknya transkip khotbah yang panjang. Pembahasannya dapat diklasifikasikan ke dalam dua subjek.  Pertama-tama Seneca membahas apa itu amarah, ciri-ciri dan sifat, dan (sebagai tambahan sekunder) membuat komparasi dengan sensasi psikisโ€”atau diistilahkan Seneca sebagai "gairah"โ€”lain semisal iri dan tamak. Kemudian ia memberi tips-tips bagaimana amarah dapat dieliminir, dijinakkan, dan dikelola.  ๐——๐—ฒ๐—ณ๐—ถ๐—ป๐—ถ๐˜€๐—ถ, ๐—–๐—ถ๐—ฟ๐—ถ, ๐—ฆ๐—ถ๐—ณ๐—ฎ๐˜ Ada beberapa definisi dibuat oleh Seneca tentang amarah. Pertama, kegilaan sesaat, karena ekspresi wajah dan ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ด๐˜ต๐˜ถ๐˜ณ๐˜ฆ tubuh yang agresif tidak beda dengan orang gila. Kedua, hasrat untuk menghukum terhadap apa yang dianggapnya keliru, yang memunculkan rasa sakit enosional dalam dirinya.  Amarah oleh Se...

How To Die, Nasihat Seneca tentang Kematian

Tentang kematian. Buku ini berisi petuah-petuah Seneca ke kawan dan orang-orang dekat yang butuh nasihat penghiburan. Yah, topik yang tabu bagi kebanyakan awam tetapi mendapat posisi penting dalam banyak perenungan para filsuf. Terdiri lima bab, enam bersama epilog, buku How To Die (Sebuah Panduan Klasik Menjelang Ajal) yang entah editornya siapa ini adalah potongan-potongan petuah dalam surat-surat Seneca ke kawan dan kenalan, yang disusun sistematis sedemikian rupa. Ada beberapa hal penting bisa kita tarik sebagai kesimpulan penting dari buku dengan total halaman ix + 157 ini. Pertama . Seneca memberi nasihat kepada kita akan pentingnya merenungkan kematian agar kita siap kapan saja ia datang. Keterlemparan ke dunia ini dipungkasi kematian, kita harus bersiap diri secara mental dengan harapan kita mampu melewati fase itu dengan tidak banyak gangguan. ... bayi, anak kecil, atau orang-orang yang pikirannya terganggu tidak ada yang takut pada kematian; sangat menyedihkan apabila nalar ...

Tindakan Religius: Ekspresi Budaya, Coping Mechanism, dan Korupsi

Ini buku membuka wawasan lebih jauh mengenai neurosains dan, alih-alih spiritualisme, fenomena tuhan antromorfis. Berjudul ๐˜›๐˜ถ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ ๐™™๐™–๐™ก๐™–๐™ข ๐˜–๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜”๐˜ข๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข. Beliau memakai kata "๐—ฑ๐—ฎ๐—น๐—ฎ๐—บ" pada judul buku. Membincangkan hubungan spiritualitas dengan kesehatan dan kedokteran. Namun rasa-rasanya ada yang belum jernih dikupas beliau mengenai istilah spiritualitas dengan religiusitas. Penjernihan Istilah Religiusitas terekpresikan dalam bentuk tindakan religius. Tidak semua tindakan religius ada hubungannya dengan spiritual dan apalagi spiritualisme, yaitu bertalian pertumbuhan batin seseorang menjadi longgar tiada beban dan berangkat dari itu ia berkembang menjadi baik, entah kepada diri sendiri dan efek lanjutannya atau fudhlah -nya kepada sesamanya dan mahluk lain.  Religiusitas yang terekspresikan dalam tindakan religius sebagian besarnya adalah sekedar ekspresi budaya. Sekedar tradisi. Kebingungan arti persis religius dan spiritual adalah jawaban mengapa, seper...

Menyelami Hakikat Esa

Untuk, setidaknya secara ide, mengerti apa sih maksud kata "esa", bisa merenungkan perumpamaan "kereta kuda" Banthe Nagasena ke Raja Minander I Soter (Milinda) dalam Milinda Panna . Beliau bertanya ke raja yang mengunjunginya itu. Kira-kira dalam bahasa kekinian adalah begini: manakah yang disebut kereta? Apa rodanya? Apakah as antara dua roda, tempat duduk sais, atau malah jari-jari roda? Atau yang mana?  Anda pasti menjawab bahwa kereta kuda terdiri dari bagian-bagian yang menyusunnya, yang mana tiap bagian itu tersusun oleh bagian-bagian lain hingga tiada terinci lagi. Jari-jari roda kereta kuda dari kayu, pasti! Dari mana kayu itu? Dari pohon. Dari mana pohon itu? Dari bibit pohon. Dari mana bibit pohon itu? Dari pohon sebelumnya. Dari mana pohon sebelumnya? Hingga kita bisa melacaknya ke sains bagaimana kehidupan ini muncul.  Tak ada yang datang dari kehampaan. Semuanya di-sini. Anda bukan di alam semesta, anda adalah alam semesta. Anda tiada datang, tiada perg...

Intisari Buku Mengenai Kelahiran Karya Ajahn Buddhadฤsa

Sekalipun bukan perihal tujuan paling subtansial dari ajaran Buddhisme, menurut saya, kelahiran kembali adalah topik debateable dalam khasanah intelektual Buddhisme. Sebagai khasanah intelektual, karenanya kelahiran kembali atau kadang dipergunakan istilah "tumimbal lahir" lebih kentara penjelasannya sebagai proposisi filsafat, sekalipun Ajahn Buddhadฤsa menerangkan dalam bahasa keseharian awam. Ajahn Buddhadฤsa dalam seri nomor empat dari satu set buku Seri-seri Dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami ini menerangkan bahwa yang dimaksud kelahiran adalah "kelahiran mental", atau dalam istilah saya adalah keterusmenerusan bereksistensi (mengada), suatu rasa sadar bahwa ini aku dan selainnya bukan aku . Intisari Buku Dari pembacaan buku, berikut kiranya dapat disarikan dari pembacaan buku ini dalam sajian poin-poin paragraf. Pertama . Dari sudut historis dan kultural, Ajahn Buddhadฤsa di awal buku menerangkan bagaimana pandangan spekulatif filosofis dan kultural orang...