Guru Buddha Sakyamuni tidak berkomunikasi memakai bahasa Indonesia. Istilah "kepercayaan", sebagaimana sering digunakan para banthe dan romo penutur bahasa Indonesia ketika membabarkan ajaran Guru Agung, bagaimanapun terminologi-terminologi yang digunakan oleh para guru ini memiliki epistemologi yang khas. Misalmya kata "kelahiran" dalam tumimbal lahir. Ini sering disalahpahami oleh oramg umum. Umumnya merujuk keluarnya bayi dari rahim ibu atau induknya. Tidak demikian maksudnya ketika istilah tersebut digunakan dalam Buddhisme. Begitu pula istilah "kepercayaan" dalam pembabaran ajaran Guru Agung oleh oara babthe dan romo dalam bahasa Indonesia. Ini tidak sama maksudnya dengan apa yang ditangkap oleh non-Buddhis, yang lebih mirip dugaan kuat, asumsi kuat, ataupun hipotesis. "Kepercayaan" adalah kosakata dalam bahasa kita, bahasa Indonesia. Kita sering mendengar kata ini dalam ceramah-ceramah para banthe, para romo, ataupun naskah-naskah tentang
Sekalipun bukan perihal tujuan paling subtansial dari ajaran Buddhisme, menurut saya, kelahiran kembali adalah topik debateable dalam khasanah intelektual Buddhisme. Sebagai khasanah intelektual, karenanya kelahiran kembali atau kadang dipergunakan istilah "tumimbal lahir" lebih kentara penjelasannya sebagai proposisi filsafat, sekalipun Ajahn Buddhadāsa menerangkan dalam bahasa keseharian awam. Ajahn Buddhadāsa dalam seri nomor empat dari satu set buku Seri-seri Dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami ini menerangkan bahwa yang dimaksud kelahiran adalah "kelahiran mental", atau dalam istilah saya adalah keterusmenerusan bereksistensi (mengada), suatu rasa sadar bahwa ini aku dan selainnya bukan aku . Intisari Buku Dari pembacaan buku, berikut kiranya dapat disarikan dari pembacaan buku ini dalam sajian poin-poin paragraf. Pertama . Dari sudut historis dan kultural, Ajahn Buddhadāsa di awal buku menerangkan bagaimana pandangan spekulatif filosofis dan kultural orang