Setiap tokoh besar sejarah mengekor pro-kontranya: cacat politik, nilai dianut dan heroisme, dan dilema moral berhitung dengan utilitas berkenaan nyawa-nyawa serdadu dikorbankan demi jumlah lebih besar secara matematis bisa diselamatkan. Tak terkecuali Winston Churchill dalam film ini digambarkan juga begitu. Mengirbankan 4000 serdadu di Calais demi mengukur waktu gerak maju NAZI ke Dunkirk, demi mengevakuasi 300.000 serdadu. Churchill, Perdana Menteri Inggris yang naik kekuasaan dengan dukungan lemah di lingkaran partainya. Naik puncak kekuasaan pun di masa-masa sulit dan berbahaya—Inggris menghadapi invasi NAZI-nya Hitler dari Jerman. "Churchill menyeret bangsa ini ke medan perang," begitu pandangan politik kontra dari tokoh oposisi yang ia rangkul dalam kabinet perang. Film Darkest Hour (2017) ini mengambil fokus di seputar dinamika politik yang terjadi di antara elit Inggris, ketegangan kabinet perang, dan Parlemen, menyikapi secara politik masa-masa invasi NAZI ke dara...
Kita kerap disuguhkan bahwa lahir, menua, kemerosotan fisik atau sakit/penyakitan, dan kemudian kematian adalah Penderitaan ( dukkha ). Bahasa sehari-harinya, kita sering kali tidak rela ketiga peristiwa akibat dari dilahirkan tadi menimpa kita dan orang-orang terdekat. Keempat fenomena alam tadi masuk klasifikasi penderitaan disebakan jasmani. Ada klasifikasi penderitaan lainnya: bersama yang tak disenangi/dicintai, berpisah ataupun kehilangan yang disenangi/dicintai, dan terakhirnya adalah tidak memeroleh apa yang dihasratingini/dinafsui. Saya istilahkan penderitaan disebabkan oleh kemampuan mengada yang darinya muncul kemampuan mengingini (mengidealkan dunia kita alami). Mohon diingat. Ini adalah tulisan bersifat kontemplatif dan ini rasa-rasanya tak ada dalam pengajaran naratif Buddhisme arus utama. Sekedar hasil perenungan dan proses memperjelas istilah yang bagi penulis cukup membingungkan mulanya Mengapa Kita kerap Alami Suasana Batin Tak Nyaman Kita secara emos...