Stoikisme adalah filsafat etika yang muncul di era Helenistik-Yunani. Istilah etika dalam kesadaran alam pikir orang Yunani kuno adalah berkaitan apa yang harus saya lakukan di kehidupan ini dan bagaimana cara terbaik menjalaninya di tengah alam semesta ini dan sosial. Pengertian kata tersebut tak sama dengan persepsi kita sekarang yang lebih sempit, yaitu a standars of behavior.
Ciri pokok orang yang bijaksana adalah mampu menentukan sikap dalam situasi yang biasanya tidak mudah diidentifikasi, serta mengambil langkah yang optimal (Pigliuci: 2022).
Tak perlu babibu panjang lebar, yuk kita simak sepuluh istilah itu beserta pengertian dan penjelasan singkatnya. Semoga bermanfaat!
1/ Amathia
Istilah ini adalah merujuk orang yang sebenarnya punya rasio yang dapat dia gunakan, tetapi tidak mau menggunakannya untuk memahami, untuk mencari pengetahuan. Semacam penolakan untuk tahu. Istilah satu ini unik, tidak ada padanan persis di kosakata kita.
Orang dengan watak amathia ini, keputusan dan yang dilakukan paling mula adalah merugikan diri sendiri. Bukan mereka bodoh kognitif, tetapi tak memiliki pengetahuan, tetapi juga tak mau belajar tentang apa yang akan ia perbuat dan lakukan. Tanpa pengetahuan—satu dari syarat kebijaksanaan dan syarat lainnya intuisi—tak ada kebijaksanaan dalam diri orang semacam itu.
Sebagai prokopton perlu memandang orang-orang yang melakukan hal buruk atau salah untuk perlu dikasihani dan bukan dikutuk. Jika punya kesempatan dan kemampuan, membantu malah disarankan mereka. Sekalgus memaafkan kebodohan mereka.
Mengagetkan? Tenang. Ini ada alasannya. Orang yang tidak tahu perbuatannya salah dan jahat sejatinya paling terugikan diri sendiri. Di era modern, pendekatan ini diadopsi dalam teori pemidanaan.
2/ Amor Fati
![]() |
Kaisar Marcus Aurelius yang juha seorang Stoik. |
Kamu harus menanggung sakit itu dengan baik.
Kata Epictetus: Tunaikan dengan baik, Wahai Para Mikrokosmos, tugas dari Sang Kosmos. Jangan bandingkan dirimu dengan yang lain. Semua hanya sedang memerankan peran dari Sang Kosmos. Kamu adalah Sang Kosmos itu sendiri, bukan di dalam Kosmos. Sadari ini dan kamu memiliki kekuatan dan ketabahan.
3/ Apathia
Secara harfiah adalah tiada rasa menderita, "a" artinya tiada atau tanpa dan "patheia" berarti penderitaan. Stoikisme mengajarkan ke prokopton bahwa menderita atau tidak adalah pilihan merdeka kita. Frasa apathia berpadanan pula dengan atharaxia.
Stoikisme, untuk terciptanya kualitas batin bahagia (ayem batin: Jawa) yang negative logic tersebut adalah mempraktikkan dikotomi kendali. Misal, penerapan dikotomi kendali adalah perihal persepsi bagaimana yang bijak dalam merespon atau menyikapi suatu keadaan yang kebetulan kita hadapi sekarang kini. Dengan kemampuan membedakan apa yang di bawah kendali kita dan bukan, maka kita tahu menyikapi segala hal yang kita jumpai dan terjadi di kehidupan.
4/ Arethé
Arethé padanan harfiahnya dalam bahasa kita adalah bajik, atau virtue dalam bahasa Inggris. Walau begitu, dalam makna asalnya tidak mirip dengan pemahaman akan padanan katanya di bahasa kita. Segala sesuatu yang telah sesuai dengan peruntukannya artinya telah merealisasi areté-nya. Kuda yang kuat dan tangguh berlari sekencangnya, ini dapat diartikan bahwa kuda itu juga sudah menjalankan arethé-nya. Pemain sepakbola, menjalani profesinya dan bermain sampai batas maksimal kemampuan dan menikmatinya, ini juga arethé.
Pelajaran untuk kita terkait arethé ini, berusaha menemukan apa makna kita yang oleh alam semesta dihadirkan dalam wujud manusia pada dunia ini, Menemukan peruntukan kita pada jagad ini, di antara benda-benda lain sebagai susunan alam semesta ini, dan dintengah masyarakat. Itu adalah menjalankan esensi dasar kita dengan sebaik mungkin, dengan cara sehat, dengan layak, dan patut/saleh. Arethé yang berpadanan pula dengan kata "apatheia", adalah hidup sebaik-baiknya sesuai dengan peruntukkan kita di dunia. Maka, temukan passion-mu yang bermanfaat dan jalanilah segenap batin, baik serta saleh/patut, dan optimal.
5/ Hic et Nunch
Frasa ini merujuk pada saat ini di sini. Ini berkaitan cara kaum Stoa atau prokopton melatih diri hidup meditatif. Kita sudah pasti perlu melatih dan mempraktikkan hidup meditatif, segenap tubuh dan pikiran hadir pada momen yang ada pada hadapan dan sekitar kita berada atau sedang kita jalani, melatih pikiran untuk selalu hadir pada saat-kini, karena inilah yang terpenting dalam hidup. Dan kehidupan hanya tersedia pada saat kini dan di sini di mana tubuh kita eksis.
![]() |
Seneca, mantan budak, ditunjuk menjadi penasihat Kaiisar Nero, sebagai guru, dan sekaligus orang buangan (eksil). |
6/ Katekonta
Dupopulerkan oleh Zeno, kira-kira artinya adalah "perilaku yang layak", "perilaku yang patut", "perilaku sesuai", atau "perilaku selaras Alam". Istilah merujuk pada, karena kita sebagai bagian masyarakat dan warga negara, kegiatan-kegiatan sosial umum dan bermasyarakat yang harus kita jalankan sekalipun itu tak membantu atau tak ada sangkut pautnya dengan berkembangnya kebijaksanaan kita kegiatan-kegiatan tdak penting. Misalnya berkumpul dengan sekitar dan sekedar mengisinya dengan basi-basi sebagaimana dilakukan lumrahnya sesama manusia.
Namum begitu, patut diingat, tak semua hal harus kamu ikuti. Pertimbangkan secara bijak batasnya oleh dirimu sendiri untuk dirimu sendiri. Tetapkan keputusanmu dan jalani dengan khidmat apapun akan dinilai dirimu. Kemampuan dalam bergaul juga ditekankam oleh guru Stoik, karena bagaimanapun manusia adalah mahluk sosial.
7/ Memento Homo
Bisa diartikan "kamu tuh cuman manusia". Ada kalanya kamu gagal, ada kalanya kamu terhimpit tuntutan kehidupan, berada di titik nadir, tak luput dari kesalahan (tetapi belajarlah dari itu). Bukan kamu saja kok yang merasa hidupnya tidak atau kurang sempurna. Nasihat Epictetus:
Penyesalan adalah penyia-nyiaan energi emosional.
Nikmati dan terima apapun dirimu menjadi kini dan kasihi dirimu sepenuh kewelasan, tanpa syarat. Kamu apa adanya cuma manusia, dan terima dirimu, takdirmu, dalam keadaan apapun kamu menjumpai keadaanmu.
8/ Memento Mori
Para pengikut Stoik menaruh minat khusus pada kematian dan tidak tabu membahas serta mendiskusikannya. Kematian adalah esensi yang tidak dapat dihindari dari apa saja yang hidup, eksistensi manusia. Mengingatkan pada diri akan kematian menjadikan kita terdorong untuk berbuat sesuatu yang baik untuk sesama di kehidupan ini, lebih bisa menghargai momen dengan orang dan sahabat yang kita sayangi dan mendapat tempat khusus di benak kita. Dan entah bagaimana sifat altruistik menyembul tanpa perlu dikhotbahi.
Ilustrasi Seneca menjelang melakukan liberis mortum arbitum (hukuman mati untuk membunuh diri sendiri). |
Jika kematian kamu takutkan, maka kematian di luar pengetahuanmu.
9/ Oikedsis
Kira-kira dapat diartikan tentang prinsip kemanusiaan universal, swmacam ķonswo lkngkaran kepedulian antat sesama tak peduli apa identitasnya. Kita demi kebahagiaan diri, adalah bajik mengembangkan dan memberikan rasa simpati ke siapa pun, dalam kondisi mereka bersuka cita atau berduka. Ikut merasa bahagia karena kebahagiaan mereka, ikut merasakam kesedihan bila mereka mereka merasa demikian.
10/ Premeditatio Molorum
Secara harfiah, kita harus berani membayangkan kemungkinan suatu hal hang kita inhini atau kerjakan berbuah menyakitkan. Suatu bentuk kontemplasi yang dalam dunia terapi modern dikenal dengan istilah visualisasi negatif. Dengan kata lain, kita diajarkan mengadopsi pola pikir mental contrasting. Menginginkan dan mengusahakan sesuatu pasti terkandung dua posisbilitas, jika tidak berhasil adalah gagal.