Langsung ke konten utama

6 Tokoh Berpengaruh Mazhab Frankfurt

Teori Kritis adalah istilah yang cakupannya relatif luas, luasnya cakupan bisa dilacak kembali ke asal-usulnya. Ringkasnya, ini adalah bidang filsafat yang bertalian dengan sosiologi dan studi tentang kemasyarakatan secara umum Asal-usulnya merujuk kepada sekelompok ahli teori filsafat Jerman yang membedakan Teori Kritis dari teori sosiologi umum atau yang lebih tradisional, mengingat tujuan dan terapannya. Dikenal sebagai Mazhab Frankfurt (Frankfurt School). Ini adalah sekumpulan para intelektual dan cendekia yang hidup pada periode antara dua perang di Jerman. Setidaknya itu adalah periode bergejolak.


Mazhab Frankfurt dan Teori Kritis

Sebutan resmi Mazhab Frankfurt (Frankfurt School) adalah Institut Penelitian Sosial. Di kemudian waktu institut ini menjadi musuh dari fasisme Jerman yang bangkit. Sebagian besar cendekianya terpaksa pergi ke luar Jerman. Sekalipun keadaan tersebut tidak menguntungkan mereka, karya yang dihasilkan oleh para aktor mazhab Frankfurt ini masih memiliki dampak besar di lapangan hingga kini.

Dari sekian sarjananya tersebut, ada enam aktor yang teori kritis-nya memunyai dampak dan pengaruh yang bertahan lebih lama. Beberapa nama mungkin Anda familiar, mungkin ada pula yang tidak. Terlepas dari itu, semuanya menghasilkan ide-ide berpengaruh dan melalui jalannya proses intelektual yang memukau


1/ Jurgen Habermas: Komunikasi dan Ruang Publik

Jurgen Habermas mempunyai perspektif yang sangat berbeda dari beberapa tokoh Mazhab Frankfurt lain. Dilahirkan pada 1929, ia masih muda ketika bangkit dan berkembangnya fasisme di Jerman. Karena itu ia dianggap sebagai pelengkap dalam kelompok Mazhab Frankfurt, sebagai sarjana generasi kedua. Ayah Habermas adalah seorang simpatisan Nazi pada masa kebangkitan fasisme NAZI. Habermas dimasukkan ke dalam organisasi Pemuda Hitler. Habermas tumbuh dengan keterbatasan bicara karena terlahir sumbing, yang di kemudian hari disyukurinya karena memberinya wawasan unik tentang pentingnya ucapan dan bahasa.

Saat Habermas merampungkan pendidikan dasar dan mulai melanjutkan pendidikan tingkat menengah, Perang Dunia II telah usai. Habermas sepenuhnya meninggalkan ideologi rezim Fasis. Studinya di bawah bimbingan Max Horkheimer dan Theodor Adorno, keduanya adalah anggota Mazhab Frankfurt, membawanya beralih diri ke Teori Kritis dan Marxisme-Sosial.

Habermas menjadi sarjana terkenal di seantero dunia berkat kritiknya terhadap pengetahuan yang berakaitan kepentingan manusia. Ia mengkategorikannya ke dalam tiga divisi kategoris: pengetahuan praktis, instrumental, dan emansipatoris. Memang masih terdapat perdebatan mengenai seberapa independen masing-masing divisi tersebut satu sama lain. Ini adalah suatu perdebatan yang masih ingin dirampungkan oleh Habermas. Ia masih aktif dalam dunia akademis di usia 92 tahun. Karya utama Habermas adalah buku berjudul The Theory of Communicative Action. Ia layak diijormati karena termasuk jajaran penulis yang paling banyak dirujuk dalam makalah dan artikel ilmiah di bidang humaniora saat ini.


2/ Claus Offe: Pendapatan Minimum Universal

Claus Offe adalah salah satu anak didik Habermas. Lahir di tengah kecamuk Perang Dunia II di Berlin. Ia menekuni sosiologi politik. Belajar di bawah bimbingan Habermas, Claus Offe menjadi terkenal sebagai pendukung pendapatan dasar universal (Universal Basic Income) dalam konteks lingkungan masyarakat Eropa. Ia adalah anggota pendiri Jaringan Pendapatan Dasar Eropa (Basic Income European Network) yang sekarang berganti nama menjadi Jaringan Bumi Pendapatan Dasar Dunia (the Basic Income Earth Network).

Karyanya, Basic Income and The Labor Contract, mengadopsi pemahaman filosofis tentang kontrak sosial dalam usaha merumuskan teori kritisnya tentang kontrak kerja yang harus ditegakkan antara pemerintah dan kaum buruh. Menurut pendapat Offe, pendapatan dasar universal harus diaplikasikan sedikit berbeda dari sekadar menerima upah kerja setiap bulan. Bagi Offe, mekanisme ini harus berjalan secara lebih dinamis, yang berarti harus memungkinkan untuk adanya penambahan ataupun pengurangan UBI terhadap kebutuhan masyarakat ketika menerapkannya.


3/ Axel Honneth: Recognition Before Cognition

Axel Honneth adalah salah satu anak didik Habermas lainnya. Dia adalah sarjana Sekolah Frankfurt generasi kedua dan bahkan menjadi direktur institut tersebut di dua dekade pertama abad ke-21, baru-baru ini meletakkan jabatannya. Axel Honneth dibesarkan di Jerman pascaperang, menerima gelar Ph.D. di Berlin. Karyanya berkisar di bidang sosiologi hingga filsafat. Ia bahkan pernah menjabat sebagai the Spinoza Chair of Philosophy yang berkedudukan di Amsterdam pada satu masa dalam hidupnya. Saat ini ia adalah salah satu profesor di Universitas Columbia.

Karya Honneth tentang pengakuan adalah kontribusinya yang paling terkenal terhadap bidang filsafat. Mengambil pendekatan yang mirip dengan Hegel, ia berpendapat bahwa tumbuh kembang dan kesadaran mamusia terbentuk dari pengakuan yang kita miliki terhadap satu sama lain. Pengakuan ini dapat didefinisikan sebagai semacam empati. Dan karena pengakuan adalah hal utama dalam perihal kognisi, maka pengakuan adalah salah satu cara paling mendasar yang dapat kita gunakan untuk memahami satu sama lain.

4/ Oskar Negt: Dominasi dan Liberasi

Oskar Negt adalah salah satu member mazhab Frankfurt yang jalan hidupnya sangat terpengaruhi oleh apa yang terjadi selama kecamuk Perang Dunia II. Ayah Negt adalah anggota Partai Sosial Demokrat (NAZI) pada masa kebangkitan Hitler dan anggota partai fasis tersebut. Meski ayahnya mendedikasilam diri untuk partai tersebut, akhirnya ia terpaksa meninggalkan Jerman setelah perang. Pergantian peristiwa ini kemudian membentuk pemahaman Negt tentang masyarakat dan gagasannya tentang pentingnya liberasi.

Selama kecamuk perang Oskar Negt  yang masih seorang anak-anak, terpaksa dipisahkan dari keluarganya karena serbuan Tentara Merah Soviet ke jantung Jerman, memukul NAZI. Dia dan saudara-saudaranya dikirim ke kamp interniran di Denmark selama dua setengah tahun. Setelah perang berakhir dan kamp interniran ditutup, Oskar Negt bertemu kembali dengan orang tuanya, meski mereka dipersatukan dalam kondisi miskin, di Jerman Timur. Ayah Negt menghadapi banyak reaksi negatif karena hubungannya dengan NAZI sebelum peramg usai. Akhirnya, keluarga tersebut harus bertaruh nyawa melintasi Tembok Berlin yang terkenal kejam. Selama hampir satu tahun ia dan keluarganya menjadi pengungsi di kamp interniran lagi sehingga sulit menjalani kehidupan sehari-hari dengan normal. Memasuki usia hampir dewasa, ia baru dapat bersekolah dan bekerja untuk pertama kalinya.

Masa berkembang dan pendidikan yang sangat penting ini dijalani Oskar Negt. Semangat dan kehidupan baru dalam bidang pendidikan dan pemahaman tentang bagaimana struktur sosial memberi dampak begitu besar terhadap kehidupan masyarakat dan ini membawanya ke jenjang pendidikan tinggi dan teori kritisnya dalam Mazhab Frankfurt. Teori kritisnya, yang sebagian besar didasarkan pada konsep dominasi dan liberasi, tampak jelas kentara terilhami oleh pengalaman personalnya.


5/ Theodor Adorno: Mentor Teori Kritis

Theodor Adorno adalah salah satu pemikir besar berpengaruh Mazhab Frankfurt. Ia telah menjadi member Frankfurt School pada awal berdiri pada 1920–1930-an. Pada dekade 1930-an Institut Penelitian Sosial di Frankfurt, yang kemudiam berubah nama menjadi Frankfurt School, dicap sebagai kelompok pembangkang dan membernya masuk daftar sebagai orang yang diburu oleh faksi politik Hitler, sqlah satu pembangkang itu adalah Adorno.

Adorno dicap memiliki keturunan Jewis (darah Yahudi) dari garis ayah. Karena ìtu ia dikelompokkan non-Arya. Ia mencari suaka di Universitas Oxford sebagai kandidat Ph.D. Ia tak pernah menyelesaikan program Ph.D.-nya dan kemudian dipindahkan ke Institut Penelitian Sosial Frankfurt, yang telah berpindah ke New York pada 1934. Adorno tidak menyukai hari-harinya di Amerika Serikat yang dikabarlan seolah merasa diasingkan dari rumahnya sendiri. Sebuah perasaan yang dapat dimengerti ketika masyarakat dimana tempat ia tumbuh kembang sebelumnya berbalik menindasnya dan memburunya dengan kejam. Tidak semua rekan Adorno berhasil melarikan diri ke Amerika Serikat. Terkhusus, Walter Benjamin yang tewas dalam upaya pelarian dari Jerman. Sesuatu yang membuat shock Adorno karena ia sangat dekat dengan Benjamin dan penopamg biaya Benjamin selama 5 tahun terakhir hidup Benjamin demi mampu melanjutkan dan bertahan hidup.

Adorno adalah pembimbing dan mentor bagi banyak cendekia di Frankfurt School generasi kedua. Dia meluangkan waktu ekstra selama sisa hidupnya untuk memastikan bahwa mereka memiliki cukup uang untuk hidup dan membantu mereka menguraikan pekerjaan mereka dengan cara mengecek dan mengkritisinya secara kontinu. Rasa peduli dan dedikasinya terhadap Teori Kritis, karena dampaknya terhadap dirinya dan teman-teman terdekatnya, bertahan hingga ia meninggal pada 1969. Syukurnya, ia dapat pulang kembali ke Jerman tak lama setelah perang usai. Membawa kembali Mazhab Frankfurt ke Jerman merupakan kemenangan besar bagi para filsuf ini yang akhirnya menemukan kebahagiaan yang tidak dapat mereka raih di tempat pengasingan.

Karya-karya Theodor Adorno memberi pembeda Frankfurt School dari kaum Marxis tradisional pada masanya. Cara mereka mepersepsikan fenomena sosial dan darinya premis ditarik adalah perbedaan utama di antara keduanya. Kita dapat melihat sebagian besar kasus ini dalam karya-karya Adorno yang sangat melimpah, mulai dari filsafat musik hingga filsafat moral.


6/ Max Horkheimer: Directur dari The Frankfurt School


Max Horkheimer sedikit lebih tua dari Adorno, tetapi bergabung dengan Institut Penelitian Sosial (yang kemudian berubah menjadi Frankfurt School) pada akhir 1920-an. Pada 1930 Horkheimer diangkat menjadi Direktur Frankfurt School. Ia menduduki posisimya ini ketika Hitler mengambil alih tampuk kekuasaan pada 1933 menjadi Kanselir Jerman dan ia mencap institut tersebut sebagai pembangkang politik.

Horkheimer besar di tengah keluarga penganut Yudaisme ortodoks dan merupakan pemilik bisnis terkemuka. Ini menimbulkan masalah baginya selama kebangkitan fasisme, ketika NAZI mulai mendata dan menculik keluarga-keluarga keturunan Jewis. Horkheimer dan member terkemuka lain Mazhab Frankfurt telah merancang rencana untuk meninggalkan Jerman jika hal terburuk terjadi. Horkheimer bertemu dengan Presiden Columbia di New York untuk mengusulkan relokasi institutnya di AS. Horkheimer yakin dia harus pergi ke banyak sekolah untuk menemukan tempat yang bersedia menampung sekolah Teori Kritis yang diasingkan dan diburu di kampung halamannya sendiri, Jerman. Untungnya, Rektor Universitas Columbia langsung menyetujui. Bahkan memberi mereka sebuah gedung untuk digunakan sebagai penelitian. Frankfurt School mempunyai rumah kembali berkat upaya Horkheimer. Horkheimer juga menghabiskan waktu di California bersama Adorno di mana mereka berdua berkolaborasi dalam sebuah buku berjudul Dialectic of Enlightenment yang kemudian menjadi salah satu karya yang paling terkenal.

Horkheimer juga menjadi anggota dewan Komite Jewis Amerika di mana dia membantu melakukan penelitian inovatif mengenai prasangka dalam masyarakat. Studi-studinya ini diterbitkan pada 1950 dan dianggap sebagai karya penting dalam sosiologi hingga kini.


Pengaruh Tak Lekang Waktu dari Mazhab Frankfurt

Beberapa ahli teori dan filsuf mazhab ink masih aktif di dunia akademik hingga kini dan legasi mereka diwarisi oleh generasi berikutnya. Selama beberapa dekade ke depan, kita dapat menantikan generasi ketiga dari Frankfurt School. Bagaimana media dan ideologi yang melibatkan informasi massa dan pembangunan manusia akan berdampak pada Teori Kritis ke depan? Alam lebih banyak mekanisme yang mempengaruhi masyarakat hari ini dibanding sebelumnya. Oleh karena itu tinjauan yang lebih komprehensif mengenai apa yang terjadi dan bagaimana dampaknya terhadap kita tentu adalah perlu. Satu hal yang pasti, masa-masa yang menarik akan segera menjelang.


Postingan populer dari blog ini

Beberapa Kesalahpahaman tentang Buddhisme

Karena tinggal di lingkungan non-Buddhis, kadang obrolan beralih ke Buddhisme. Mungkin ingin mengenal. Banyak hal ternyata disalahpahami. Ini, dari pribadi saya, memberi ide untuk menulis. Kesalahpahaman imi dapat dimaklumi karena banyak saudara kita penganut agama-kepercayaan Semitik, kepercayaan monoteisme dan menekankan ritual pengelu-eluan serta pemujaan, mengira semua agama secara basis fundamental adalah sama. Sebagian saya beri gambaran sependek saya tahu, sebagian lagi saya biarkan karena saking sulitnya. 1 / Dikira kepercayaan monoteisme Banyak mengira bahwa agama Buddha berpusat pada kepercayaan pada Tuhan Personal atau Tuhan antromorfik, yaitu sebuah sosok yang digambarkan pikiran bisa marah dan bisa tersipu-sipu jika dipuji via ritual. Tuhan digambarkan memiliki tabiat seperti manusia: marah, cemburu, narsistik, ngasih bonus kalau hatinya senang, suka ngamuk-ngamuk kalau tidak dituruti kemauannya, haus pujian, mengalami gangguan psikosis untuk selalu dijadikan pusat perha...

Intisari Buku Batin Sunya oleh Ajahn Buddadāsa

Buku berjudul Batin Sunya ini adalah seri nomor dua dari empat seri dalam paket buku Seri Dasar-dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami , diterbitkan oleh Penerbit Dian Dharna pada 2024. Adapun seri pertama, tentang Iddapaccayatā , menurut penangkapan pemahaman saya membahas semacam perenungan kosmologi Buddhis. Harus dicatat, tujuan puncak Buddhisme mengenai kosmologi bukan kemudian disusul bagaimana ini semua bisa ada? Atau siapa yang membuat? Tidak. Melainkan menyadari apa yang selama ini dianggap si-aku di antara semua keberadaan. Bukan berkutat dan berhenti pada perenungan spekulatif. Lebih dari itu, melampauinya.  Inti Sari Buku tipis berdimensi 12,5 x 18,5 cm dan ketebalan xiii + 87 halaman ini adalah transkrip ceramah Dhamma Ajahn Buddhadasa (1906-1993), seorang biksu dan guru Theravadin berpengaruh asal Thailand. Berikut inti sari buku dalam poin-poin. Sunya (Pali) atau suññata (baca: sunyata) dalam Sansekerta secara terminologi, sebagaimana dalam buku ini, arti...

10 Kosakata Asik Stoikisme dan Penjelasan Singkat

Stoikisme adalah filsafat etika yang muncul di era Helenistik-Yunani. Istilah etika dalam kesadaran alam pikir orang Yunani kuno adalah berkaitan apa yang harus saya lakukan di kehidupan ini dan bagaimana cara terbaik menjalaninya di tengah alam semesta ini dan sosial. Pengertian kata tersebut tak sama dengan persepsi kita sekarang yang lebih sempit, yaitu a standars of behavior.  Meski cakupan filsafatnya sangat luas, Stoikisme hari ini naik daun di masyarakat kontemporer bukan tanpa alasan, ajaran spiritual filosofis ini memberi tameng, menjadi bermental tangguh, bagi siapa saja yang mempraktikannya dalam mengarungi ketat dan kompetitifnya kehidupan modern yang acapkali menghadirkan gangguan pada kualitas batin atau psikis kita. Dengan berpegang pada beberapa prinsip Stoik, yang tererepresentasi dari "kosakata Stoik" berikut, semoga kita memiliki kebijaksanaan bernavigasi dalam kehidupan. Ciri pokok orang yang bijaksana adalah mampu menentukan sikap dalam situasi yang biasa...

Hidup dalam Kesaatkinian dan Manfaatnya oleh Ajahn Buddhadāsa

Ini adalah seri nomor tiga dari satu set Seri Dasar-dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami oleh Ajahn Buddhadāsa (1906–1993). Diterbitkan oleh Penerbit Dian Dharma pada 2024. Berdimensi 12,5 cm x 18,5 cm dan berketebalam 44 halaman. Buku ini membahas tentang pentingnya hidup dalam kesaatkinian, karena dalam ajaran Buddhisme hanya, yang oleh bahasa diistilahkan,  saat kini  yang benar-benar nyata, yang demikian adanya. Sebagai kebenaran non-konvensi. Kehidupan manusia dan semua mahluk bertalian erat dengan pencarian kebahagiaan. Hidup sendiri adalah nyata adanya pada kesaatkinian terus menerus. Anda bernafas pada saat kini terus menerus, bukan tadi ataupun nanti. Maka kebahagiaan bukan ditemukan pada—apa yang dikonsepsikan pikiran sebagai—masa lalu ataupun masa depan, dalam bentuk mengembangkan harap damba kuat. Mengapa Saat-Kini ? Manusia awam mengabaikan absurditas kehidupan dengan mengembangkan hasrat harapan. Munculnya hasrat harapan erat kaitannya dengan hidup kita yang r...

5 Falsafah Hidup Jawa Ini Membantumu Menemukan Esensi Hidup

Jawa sebagai sekelompok manusia yang dahulu pernah memiliki peradaban maju dan tinggi di berbagai bidang mulai pertanian dan kemaritiman, seni budaya meliputi seni pahat dan tari, arsitektur dan bangunan, hingga tata pemerintahan, bangsa Jawa seperti halnya lingkaran-lingkaran kelompok kebudayaan lain juga memiliki pandangan kosmologis dalam hal relasi eksistensi diri dengan alam atau jagad. Alih-alih bercorak kontemplasi spekulatif, pandangan falsafah hidup leluhur Jawa adalah realisme kontemplatif. Corak penghayatan falsafah Jawa ini lebih menekankan pada aspek spiritual eksplorasi internal daripada pengikatan diri pada sistem kepercayaan eksternal ( religion ) yang karakternya alih-alih dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan spiritual dan budi, tetapi ketertundukan buta yang sama sekali tak menyadarkan dan tak mendidik. Dari kesadaran relasi tadi, tindak-tanduk orang Jawa dicirikan simbolisme, misalnya sesajen dan upacara-upacara dalam mengekspresikan hubungan eksistensi denga...

Paling Pokok dalam Ajaran Buddhisme & Prinsip-prinsip Umum

Buddhisme adalah āgama (Sanskrit) atau praktik laku hidup yang didasarkan pada ajaran Siddhartha pada abad ke-5 SM di wilayah yang sekarang disebut Nepal dan India utara. Ia disebut "Buddha", yang artinya "yang terbangun". Kadang juga diartikan "yang tercerahkan". Diistilahkan  bodhi  dalam Sanskrit. Setelah ia mengalami ketergugahan Kesadaran mendalam—atau Kecerahan batin—akan hakikat kehidupan, kematian, dan kebetadaan Selama sisa hidupnya setelah merealisasi Kecerahan, Sang Buddha berkelana dan mengajar. Namun ia tidak menyampaikan ke orang-orang tentang apa yang ia sadari ketika telah tercerahkan atau tergugah. Sebaliknya, ia mengajarkan ke orang-orang bagaimana cara atau jalan merealisasi kecerahan bagi diri sendiri. Ia mengajarkan bahwa kecerahan ataupun terbangun/tergugah (dari ilusi) dilakukan oleh sendiri dan muncul dari dalam diri Anda sendiri yang mengalami-langsung, bukan melalui jalan mempercayai dogma. Pada saat mangkat Sang Buddha, Buddhism...

Intisari Buku Mengenai Kelahiran Karya Ajahn Buddhadāsa

Sekalipun bukan perihal tujuan paling subtansial dari ajaran Buddhisme, menurut saya, kelahiran kembali adalah topik debateable dalam khasanah intelektual Buddhisme. Sebagai khasanah intelektual, karenanya kelahiran kembali atau kadang dipergunakan istilah "tumimbal lahir" lebih kentara penjelasannya sebagai proposisi filsafat, sekalipun Ajahn Buddhadāsa menerangkan dalam bahasa keseharian awam. Ajahn Buddhadāsa dalam seri nomor empat dari satu set buku Seri-seri Dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami ini menerangkan bahwa yang dimaksud kelahiran adalah "kelahiran mental", atau dalam istilah saya adalah keterusmenerusan bereksistensi (mengada), suatu rasa sadar bahwa ini aku dan selainnya bukan aku . Intisari Buku Dari pembacaan buku, berikut kiranya dapat disarikan dari pembacaan buku ini dalam sajian poin-poin paragraf. Pertama . Dari sudut historis dan kultural, Ajahn Buddhadāsa di awal buku menerangkan bagaimana pandangan spekulatif filosofis dan kultural orang...

8 Alasan Orang Memegang Agama-Kepercayaan

Ada banyak yang tak disadari seseorang yang percaya pada kepercayaan agama. Dalam mempraktikkan agamanya, banyak orang menemukan kenyamanan dan pelipur dari kenyataan hidup yang tak pasti. Ada alasan lain mengapa mereka tertarik pada keyakinan yang mereka praktikkan. Bagi kebanyakannya, kepercayaan adalah bagian dari pola asuh yang didapat seseorang di masa kecil dan mereka ketika dewasa melanjutkan tradisi yang diwarisi dari keluarganya itu. Kepercayaan memainkan peran penting pula dalam budaya karena berbagai alasan. Diindoktrinasi ke dalam Agama Tertentu Kuatnya dan terus menerusnya seseorang diindoktrinasi ke dalam agama tertentu menunjukkan bahwa orang mempercayai agamanya karena itulah yang terjadi pada mereka umumnya. Terutama oleh lingkungan keluarganya. Ini pula alasan mengapa anak dari keluarga beragama A mayoritasnya akan tetap pada agama A dewasanya, begitu juga yang beragama B. Diperkuat pula oleh lingkungan sekitar dari yang agak dekat hingga lingkungan umum di mana ia be...

Kunci-kunci Membaca Filsafat Anti-Natalis Benatar

Buku berjudul  Better Never To Have Been—The Harm of Coming to Existence (Oxford Press: 2006), kira-kira, agar mengena, bisa diterjemahkan "Lebih Baik Tak Lahir—Penderitaan Sebab Mengada", adalah buku menarik dan kontroversial. Ia mengusik hasrat alamiah mendasar spesies, mengusik hasrat manusia paling mendasar: memperbanyak diri atau berkembang biak. Buku ini adalah buku kontroversial, tetapi argumen Benatar adalah logis. Siapa Dia yang Mengusik Naluri Paling Mendasar Kita? Benatar adalah filsuf abad 21 yang corak filsafat eksistensialnya pesimistik, seperti halnya Arthur Schoupenhauer. Bisa pula dikategorikan nihilisme. Ia bukan saja membentangkan bangunan filosofisnya, tetapi, seperti kebanyakan kefilsafatan kontemporer berdiri sebagai "penafsir data-data saintifik", setelah memaparkan data dan gambaran prediktif, yang secara umum adalah melonjaknya penderitaan sebab meningkatnya populasi, ia juga mengajukan cara bagaimana agar populasi terbebas dari kemengadaan...