Orang Ewe bisa dijumpai di Ghana, Togo, dan Benin. Semuanya adalah negara-negara di bagian barat benua Afrika. Populasi terbesar mendiami Ghana. Tradisi dan kepercayaanya banyak dipengaruhi kebudayaan orang Akan dan Yoruba. Bahasa ibu orang Ewe termasuk rumpun Gbe. Orang Ewe terbagi menjadi klan-klan, tetapi menurut cerita lisan dikatakan berakar pada garis leluhur yang sama. Sistem kepemilikan properti adalah komunal, tidak menganut kepemilikan properti secara individu.
Asesedwa, kesenian kayu menyerupai bangku, sangat esensial dalam tradisi Ewe. Karenanya, hal itu dibuat dan diukir sangat hati-hati. Dalam ukiran benda tersebut kaya narasi mengenai klan bersangkutan. Dalam ritual, Asesedwa merupakan media yang berfungsi sebagai tempat memanggi roh leluhur.
Asesedwa. |
Ada satu sosok orang Ewe memimpin mereka meninggalkan Notsie, yaitu Tegli. Singkat cerita, orang-orang Ewe menuju Tsevi, wilayah yang masih Togo juga. Dari Tsevi, mereka menyebar dan kemudian menjadi beberapa kelompok (sub-etnis) berbeda. Salah satu sub-etnis tersebut sekarang dikenal Anlo Ewe, mendiami Ghana dan paling besar populasinya. Peristiwa eksodus yang dramatis tadi diperingati dan dirayakan orang Ewe hingga sekarang secara periodik, dikenal Hogbetstoto Za.
Seperti yang dikembangkan oleh setiap kebudayaan non-modern lainnya yang dibangun di sekitar narasi awal penciptaan dan disusul gagasan ketuhanan, Mawuga Kitikana atau sering disingkat Mawu menurut kepercayaan orang Ewe adalah pencipta alam semesta dan semua isinya. Mawu adalah androgini. Mawu adalah mutlak, meresapi semuanya. Karenanya, penghormatan dan praktik idolasi pada Mawu dimungkinkan hanya melalui perantara, Trowo. Kadang, Mawu diungkapkan sebagai ibu dan bapa dari banyak Trowo. Pada dasarnya gagasan dan konsepsi Ewe mengenai Mawu seperti gagasan deitisme Afrika lainnya.
Walau Trowo itu dipercayai ada banyak, tapi sebagaimana terlihat dalam keseharian tradisi orang Ewe, hanya beberapa Trowo yang dianggap penting. Misalnya Afa, mirip Ifa (Ilรฉ-If) dalam kepercayaan orang Yoruba, yang dipercayai sebagai penjawab ramalan. Melalui para pemuka agama tradisional ini, para penyembah Afa harus menjalani inisiasi khusus untuk memeroleh jawaban dari Afa. Ramalan adalah hal yang paling digenari orang Ewe. Afa memainkan peran sentral dalam kehidupan orang-orang Ewe.
Seperti tradisi keagamaan pada umumnya tidak bisa dilepaskan dari persepsi atas benda tertentu, orang Ewe juga membuat benda-benda yang umumnya dari tanah liat, disebut Logba yang kemudian dihiasi balutan cangkang kerang. Mereka juga membuat gendang serta kostum-kostum untuk digunakan dalam ritual.
Dalam hal kematian, roh seseorang (djoto) menurut kepercayaan orang Ewe akan kembali di dalam anak keturunannya. Karenanya, ritual pemakaman adalah upacara paling menyolok dan penting bagi kepercayaan orang Ewe. Menghabiskan dana besar dibanding ritual lainnya. Penabuh genderang akan memainkan genderang dan pelayat akan menari sepanjang malam, yang dilaksanakan beberapa malam berturut-turut. Siapa saja terlibat dalam prosesi pemakaman; maka ia berkewajiban menanggung dana untuk pembelian peti mati, seragam yang dikenakan selama prosesi, dan dana untuk menyewa penari dan penabuh genderang. Pelayat juga membawa makanan dan minuman adalah kewajibannpara pelayat, tidak bisa ditawar-tawar. Ritual dan upacara pemakaman diselenggarakan satu bulan dan banyak ragam upacara dilakukan.
DIkutip dari Wikipedia, sekitar 89 persen populasi Anlo Ewe hari ini, khususnya yang tinggal di kota-kota pesisir Ghana, telah konversi ke kepercayaan Kristen. Namun begitu, mereka tetap menjalankan ritual tradisi keagamaan leluhurnya, kepercayan Vadun (atau Vodou). Ini adalah bentuk asimilasi.[]
Komentar
Posting Komentar