Langsung ke konten utama

5 Guru Zen & Ajarannya

Istilah "Guru Zen" adalah istilah umum. Ada sebutan gelar untuk memanggil di berbagai aliran Zen yang hampir mirip sebutan "guru", Walau begitu, kita bisa menyebut guru Zen saja bila bertemu mereka. Seringkali pembawaan mereka eksentrik, cerdas, dan selalu tak terprediksi dan mengejutkan, guru Zen adalah contoh dari cara hidup yang lain dalam memandang dunia dan mengalami kehidupan.

Ada begitu banyak guru Zen berpengaruh, apa yang mereka ajarkan, dan bagaimana mereka mempraktikkan fialsafah hidupnya. Berikut lima di antaranya.

Bodhidharma

Dinisbatkan sebagai Patriark I, Bodhidharma adalah pendiri Zen yang kisahnya bercampur legenda. Ia seorang bikkhu berasal dari India, ada pula yang mengatakan dari Persia, yang pergi ke Tiongkok pada abad ke-6 dengan maksud mengajarkan meditasi. Naskah-naskah awal tentang para guru Buddhis berpengaruh di Tiongkok memasukkan namanya dan mencatat dedikasinya dalam mengajarkan metode meditasi. Kisah-kisahnya lebih kompleks lagi setelah ia dinobatkan sebagai Patriark Zen I di kemudian waktu.

Kemungkinan besarnya sebagian kisah akan Bodhidharma ditulis demi menaikkan pamornya, tetapi legenda-legenda yang mengitarinya menjadi dasar bagi kehidupan para bikkhu setelah zamannya. Setibanya di Tiongkok selatan, ia diminta untuk memberi ceramah tentang Buddhisme ke khalayak. Tak ingin membuat kecewa, ia naik ke atas mimbar dan bermeditasi di depan audiens beberapa saat sebelum akhirnya bangkit dan pergi. Di akhir kiprahnya, diperkirakan pada usia 150 tahun, ia menguji para pengikutnya untuk mencari tahu apakah mereka lulus memahami atau tidak. Ia meluluskan siapa saja yang tidak memberikan jawaban adalah yang paling memahami ajaran Buddha.

Meditasi adalah inti, yang sering diistilahkan "menatap dinding" dalam teks-teks awal tentang dirinya, merupakan inti pemahamannya akan Buddhisme. Persisnya seperti apa model meditasi yang ia praktikkan tidak diketahui, tetapi secara umum dianggap mirip dengan Zazen, yaitu model meditasi yang secara definitif telah menjadi praktik Zen.


Mazu Daoyi

Mazu Daoyi adalah seorang bikkhu Tiongkok yang mengajar selama era Dinasti Tang dan menemukan beberapa teknik pengajaran yang nantinya dipergunakan di banyak aliran Zen. Sementara biaranya adalah satu di antara banyak biara di Tiongkok selatan, dan doktrinnya secara umum bersesuaian dengan teori yang ada, Mazu memberikan solusi atas pertanyaan praktis penting yang dihadapi Zen pada abad ke-8 dan menetapkan standar yang hendak dicapai oleh para sesepuh kepala kuil.

Saat itu terjadi perdebatan antara Utara dan Selatan tentang bagaimana mencapai pencerahan. Utara cenderung bertahap, mendukung adanya refleksi rasional terhadap teks kanon, banyak bermeditasi, dan langkah tahap demi tahap untuk lahirnya pemahaman yang benar akan dunia. Meski masih mengadopsi banyak teknik yang dipergunakan Utara, Selatan berpendapat bahwa pencerahan adalah hal yang sifatnya tiba-tiba, yang tidak dapat dicapai selangkah demi selangkah. Sebaliknya, pencerahan, atau "melihat ke dalam sifat asali seseorang", seperti yang sering mereka katakan, akan datang seketika dan tidak begitu bergantung pada refleksi rasional, melainkan intuisi.

Aliran di Selatan memenangkan perdebatan itu. Namun, mereka gagal menjawab pertanyaan tentang bagaimana menghadirkan pencerahan yang seketika itu. Pada titik inilah Mazu masuk, merumuskan metode teknis yang akhirnya menjadi populer di biara-biara tertentu. Metodenya masih mempengaruhi banyak orang akan Zen.

Dengan maksud bisa menolong para muridnya mengatasi aspek rasional dari pikiran mereka, yang sering-seringnya menjadi penghambat terjadinya pencerahan, Mazu mengembangkan taktik kejut. Ia akan meneriaki siswa, memanggil nama mereka saat mereka meninggalkan ruangan, menjatuhkan mereka ke tanah, dan menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang tidak masuk akal dengan harapan mengejutkan mereka dari mode kesadaran khas mereka. Dengan menunjukkan kepada siswa bahwa yang nyata-ada itu tepat di depannya dan bahwa tidak ada kewajiban untuk memuaskan pikiran rasional dan keingintahuan mereka, ia berharap murid-muridnua merasakan pencerahan batin—atau sebaliknya justru kotoran batin, seperti yang kadang terjadi.


Dōgen

Pendiri Soto Zen Jepang, Dogen disanjung sebagai salah satu pemikir terbesar dalam sejarah Jepang. Menolak kehidupan sebagai bangsawan dan memilih menjadi bikkhu. Ia ditahbiskan pada umur 13 tahun. Meski belajar dari banyak tokoh terkemuka di Jepang abad ke-13, tapi ia tidak puas dengan ajaran Buddhisme di Jepang yang ada di era itu dan memutuskan mencari guru lain ke Tiongkok.

Sebelum menaiki kapal menuju Tiongkok, ia bertemu dengan seorang juru masak sebuah kuil Zen yang penguasaannya akan Buddhisme melampaui dirinya. Dogen mengembara ke Tiongkok terdorong untuk mencari seorang guru dan akhirnya menemukannya pada diri Rujing. Seperti banyak guru Zen masyhur lainnya, Rujing menekankan meditasi, yang sangat diperhatikan oleh Dogen. Setelah mencapai pencerahan saat belajar di bawah bimbingan Rujing, Dogen kembali ke Jepang untuk memulai mendirikan sekolahnya sendiri.

Ajaran Dogen paling baik adalah yang tertulis di buku Shōbōgenzō. Seperti banyak guru lainnya, ia juga menekankan pentingnya meditasi duduk. Dia menaruh pada pentingnya shikantaza, yaitu model meditasi di mana meditator mengawasi gerak-gerik pikiran sendiri, tetapi tidak berinteraksi atau larut ke dalamnya. Secara doktrin, ia mendukung ketidakterpisahan antara praktik dan pencerahan itu sendiri, sifat universalitas sifat kebuddhaan, dan kebajikan internal tak terpisahkan dengan yang eksternal.

Ia juga menyuguhkan jawaban akan pencerahan seketika atau bertahap dengan mengemukakan bahwa "semua yang tercerahkan ... berlatih Zazen tanpa Zazen dan langsung tercerahkan." Dia mengutarakan bahwa apa saja bisa bersifat meditatif, bahwasanya mereka yang mencapai pencerahan yang seolah dwngan seketika telah berlatih meditasi sepanjang waktu, dan kiranya ini membuat meditasi menjadi lebih penting lagi. Karena pendapatnya, ini menempatkan dirinya lebih dekat ke pendukung argumen "gradualisme".


Ikkyu Sojun

Merupakan seorang murid Rinzai Zen Jepang pada abad ke-15, Ikkyu mengenal Zen ketika masih kanak-lanak, ketika Zen semakin rusak karena terkontaminasi politik, komersialisasi, dan kurangnya perhatian pada inti ajaran. Ikkyu adalah sosok ikonoklastisk Zen yang agung dan dipuka-puja layaknya santa sekaligus penghujat.

Belajar di bawah bimbingan seorang kepala biara yang sulit di sebuah kuil terpencil di tepi danau, Ikkyu bermeditasi pada malam hari di atas sampan. Ia mencapai pencerahan seketika pada umur 26 tahun setelah dikejutkan oleh seekor burung gagak. Pada usia 46 tahun, dia diundang untuk memimpin sebuah kuil, tetapi kemudian muak hanya dalam waktu sepuluh hari.

Dalam puisi pengunduran dirinya, ia menuliskan bahwa lebih banyak Zen bisa dijumpai dalam daging, anggur, dan seks daripada di biara. Ia dikenal sebagai pelanggar sumpah monastiknya, dengan mengingat ia selalu menuruti dirinya akan ketiga hal tadi dan ia juga selalu menentang selibat dalam tulisannya. Terganggu oleh komersialisasi, intrik politik, dan secara umum biara yang gagal, ia pergi mengembara ke Jepang.

Dia menghabiskan beberapa dekade berikutnya sebagai gelandangan. Momen yang memberinya kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dari semua lapisan masyarakat Jepang, ia menulis puisi yang isinya mengkritik ajaran-ajaran yang diberikan di biara, dan menulis prosa tentang falsafah Buddhisme. Catatan tentang petualangan (keliru) dirinya dapat ditemukan dalam puisi-puisinya dan sejumlah cerita legenda rakyat.

Di akhir hayatnya, ia ditahbiskan menjadi kepala biara di Kyoto dengan harapan ia akan membantu membangunnya kembali setelah perang Onin. Tidak pernah sepenuhnya nyaman dengan peran diembannya, ia kemudian merefkeksikan yang dirasakannya secara puitis: "Lima puluh tahun seorang pengembara desa, Sekarang malu dalam jubah ungu". Ia juga dikenang karena menginspirasi upacara minum teh Zen, kaligrafinya yang luar biasa, dan beberapa lukisan tinta. Puisi-puisinya yang seringnya dinilai mendalam dan juga sangat dihargai, bisa jadi yang paling meluas dibaca.


Thich Nhat Hanh

Seorang siswa aliran Thiền, yaitu aliran Zen di Vietnam, Thich Nhat Hanh mungkin adalah bikkhu Buddhis paling tersohor selain Dalai Lama di abad ke-20.

Masuk biara pada umur 16 tahun, Thich Nath Hanh adalah orang yang aktif dan pembelajar yang bersemangat. Ia meninggalkan akademi Buddhis pertamanya karena merasa tidak menawarkan cukup cakupan mata pelajaran modern dan sekuler. Setelah menemukan yang diinginkan, ia mulai mengambil kelas sains modern di Universitas Saigon. Sekitar waktu belajarnya itu, ia mulai menulis, mengajar, dan melakukan gerakan aktivisme antiperang. Seruannya untuk mempersatukan berbagai organisasi Buddhis di Vietnam Selatan memantik kemarahan dari elit biaranya. Seruannya untuk perdamaian menjadi pemicu pemerintah Vietnam Selatan menuduhnya sebagai seorang Komunis dan melakukan pengkhianatan.

Ia tidak menjejakkan kakinya di tanah kelahirannya Vietnam hingga tahun 2005, rezim Komunis Vietnam juga tidak menyukainya. Ia berdiam di Prancis dan mendirikan Plum Village Monastery. Ia berdiam di Prancis hingga kepulangannya terakhir ke Vietnam pada tahun 2018. Beberapa dekade di antaranya, ia menjadi aktivis dan guru yang tersohor di dunia.

Ajarannya membentuk dasar dari tradisi Plum Village, yang menggabungkan ide-ide dari beberapa aliran Buddhis dan sangat menekankan praktik mindfulness. Praktik hidupa penuh-kesadaran modern berhutang budi pada bukunya tahun 1975, The Miracle of Mindfulness.

Ia juga dianggap sebagai inspirasi untuk "engaged Buddhism", sebuah istilah yang ia cetuskan. Engaged Buddhism bertujuan untuk menggabungkan praktik Buddhis dengan aksi-aksi sosial dalam banyak hal. Gerakan yang semakin populer, dan Dalai Lama berkomentar apresiatif akan itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Beberapa Kesalahpahaman tentang Buddhisme

Karena tinggal di lingkungan non-Buddhis, kadang obrolan beralih ke Buddhisme. Mungkin ingin mengenal. Banyak hal ternyata disalahpahami. Ini, dari pribadi saya, memberi ide untuk menulis. Kesalahpahaman imi dapat dimaklumi karena banyak saudara kita penganut agama-kepercayaan Semitik, kepercayaan monoteisme dan menekankan ritual pengelu-eluan serta pemujaan, mengira semua agama secara basis fundamental adalah sama. Sebagian saya beri gambaran sependek saya tahu, sebagian lagi saya biarkan karena saking sulitnya. 1 / Dikira kepercayaan monoteisme Banyak mengira bahwa agama Buddha berpusat pada kepercayaan pada Tuhan Personal atau Tuhan antromorfik, yaitu sebuah sosok yang digambarkan pikiran bisa marah dan bisa tersipu-sipu jika dipuji via ritual. Tuhan digambarkan memiliki tabiat seperti manusia: marah, cemburu, narsistik, ngasih bonus kalau hatinya senang, suka ngamuk-ngamuk kalau tidak dituruti kemauannya, haus pujian, mengalami gangguan psikosis untuk selalu dijadikan pusat perha...

Intisari Buku Batin Sunya oleh Ajahn Buddadāsa

Buku berjudul Batin Sunya ini adalah seri nomor dua dari empat seri dalam paket buku Seri Dasar-dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami , diterbitkan oleh Penerbit Dian Dharna pada 2024. Adapun seri pertama, tentang Iddapaccayatā , menurut penangkapan pemahaman saya membahas semacam perenungan kosmologi Buddhis. Harus dicatat, tujuan puncak Buddhisme mengenai kosmologi bukan kemudian disusul bagaimana ini semua bisa ada? Atau siapa yang membuat? Tidak. Melainkan menyadari apa yang selama ini dianggap si-aku di antara semua keberadaan. Bukan berkutat dan berhenti pada perenungan spekulatif. Lebih dari itu, melampauinya.  Inti Sari Buku tipis berdimensi 12,5 x 18,5 cm dan ketebalan xiii + 87 halaman ini adalah transkrip ceramah Dhamma Ajahn Buddhadasa (1906-1993), seorang biksu dan guru Theravadin berpengaruh asal Thailand. Berikut inti sari buku dalam poin-poin. Sunya (Pali) atau suññata (baca: sunyata) dalam Sansekerta secara terminologi, sebagaimana dalam buku ini, arti...

10 Kosakata Asik Stoikisme dan Penjelasan Singkat

Stoikisme adalah filsafat etika yang muncul di era Helenistik-Yunani. Istilah etika dalam kesadaran alam pikir orang Yunani kuno adalah berkaitan apa yang harus saya lakukan di kehidupan ini dan bagaimana cara terbaik menjalaninya di tengah alam semesta ini dan sosial. Pengertian kata tersebut tak sama dengan persepsi kita sekarang yang lebih sempit, yaitu a standars of behavior.  Meski cakupan filsafatnya sangat luas, Stoikisme hari ini naik daun di masyarakat kontemporer bukan tanpa alasan, ajaran spiritual filosofis ini memberi tameng, menjadi bermental tangguh, bagi siapa saja yang mempraktikannya dalam mengarungi ketat dan kompetitifnya kehidupan modern yang acapkali menghadirkan gangguan pada kualitas batin atau psikis kita. Dengan berpegang pada beberapa prinsip Stoik, yang tererepresentasi dari "kosakata Stoik" berikut, semoga kita memiliki kebijaksanaan bernavigasi dalam kehidupan. Ciri pokok orang yang bijaksana adalah mampu menentukan sikap dalam situasi yang biasa...

Hidup dalam Kesaatkinian dan Manfaatnya oleh Ajahn Buddhadāsa

Ini adalah seri nomor tiga dari satu set Seri Dasar-dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami oleh Ajahn Buddhadāsa (1906–1993). Diterbitkan oleh Penerbit Dian Dharma pada 2024. Berdimensi 12,5 cm x 18,5 cm dan berketebalam 44 halaman. Buku ini membahas tentang pentingnya hidup dalam kesaatkinian, karena dalam ajaran Buddhisme hanya, yang oleh bahasa diistilahkan,  saat kini  yang benar-benar nyata, yang demikian adanya. Sebagai kebenaran non-konvensi. Kehidupan manusia dan semua mahluk bertalian erat dengan pencarian kebahagiaan. Hidup sendiri adalah nyata adanya pada kesaatkinian terus menerus. Anda bernafas pada saat kini terus menerus, bukan tadi ataupun nanti. Maka kebahagiaan bukan ditemukan pada—apa yang dikonsepsikan pikiran sebagai—masa lalu ataupun masa depan, dalam bentuk mengembangkan harap damba kuat. Mengapa Saat-Kini ? Manusia awam mengabaikan absurditas kehidupan dengan mengembangkan hasrat harapan. Munculnya hasrat harapan erat kaitannya dengan hidup kita yang r...

5 Falsafah Hidup Jawa Ini Membantumu Menemukan Esensi Hidup

Jawa sebagai sekelompok manusia yang dahulu pernah memiliki peradaban maju dan tinggi di berbagai bidang mulai pertanian dan kemaritiman, seni budaya meliputi seni pahat dan tari, arsitektur dan bangunan, hingga tata pemerintahan, bangsa Jawa seperti halnya lingkaran-lingkaran kelompok kebudayaan lain juga memiliki pandangan kosmologis dalam hal relasi eksistensi diri dengan alam atau jagad. Alih-alih bercorak kontemplasi spekulatif, pandangan falsafah hidup leluhur Jawa adalah realisme kontemplatif. Corak penghayatan falsafah Jawa ini lebih menekankan pada aspek spiritual eksplorasi internal daripada pengikatan diri pada sistem kepercayaan eksternal ( religion ) yang karakternya alih-alih dapat mendorong pertumbuhan dan perkembangan spiritual dan budi, tetapi ketertundukan buta yang sama sekali tak menyadarkan dan tak mendidik. Dari kesadaran relasi tadi, tindak-tanduk orang Jawa dicirikan simbolisme, misalnya sesajen dan upacara-upacara dalam mengekspresikan hubungan eksistensi denga...

6 Tokoh Berpengaruh Mazhab Frankfurt

Teori Kritis adalah istilah yang cakupannya relatif luas, luasnya cakupan bisa dilacak kembali ke asal-usulnya. Ringkasnya, ini adalah bidang filsafat yang bertalian dengan sosiologi dan studi tentang kemasyarakatan secara umum Asal-usulnya merujuk kepada sekelompok ahli teori filsafat Jerman yang membedakan Teori Kritis dari teori sosiologi umum atau yang lebih tradisional, mengingat tujuan dan terapannya. Dikenal sebagai Mazhab Frankfurt ( Frankfurt School ). Ini adalah sekumpulan para intelektual dan cendekia yang hidup pada periode antara dua perang di Jerman. Setidaknya itu adalah periode bergejolak. Mazhab Frankfurt dan Teori Kritis Sebutan resmi Mazhab Frankfurt ( Frankfurt School) adalah Institut Penelitian Sosial. Di kemudian waktu institut ini menjadi musuh dari fasisme Jerman yang bangkit. Sebagian besar cendekianya terpaksa pergi ke luar Jerman. Sekalipun keadaan tersebut tidak menguntungkan mereka, karya yang dihasilkan oleh para aktor mazhab Frankfurt ini masih memiliki ...

Paling Pokok dalam Ajaran Buddhisme & Prinsip-prinsip Umum

Buddhisme adalah āgama (Sanskrit) atau praktik laku hidup yang didasarkan pada ajaran Siddhartha pada abad ke-5 SM di wilayah yang sekarang disebut Nepal dan India utara. Ia disebut "Buddha", yang artinya "yang terbangun". Kadang juga diartikan "yang tercerahkan". Diistilahkan  bodhi  dalam Sanskrit. Setelah ia mengalami ketergugahan Kesadaran mendalam—atau Kecerahan batin—akan hakikat kehidupan, kematian, dan kebetadaan Selama sisa hidupnya setelah merealisasi Kecerahan, Sang Buddha berkelana dan mengajar. Namun ia tidak menyampaikan ke orang-orang tentang apa yang ia sadari ketika telah tercerahkan atau tergugah. Sebaliknya, ia mengajarkan ke orang-orang bagaimana cara atau jalan merealisasi kecerahan bagi diri sendiri. Ia mengajarkan bahwa kecerahan ataupun terbangun/tergugah (dari ilusi) dilakukan oleh sendiri dan muncul dari dalam diri Anda sendiri yang mengalami-langsung, bukan melalui jalan mempercayai dogma. Pada saat mangkat Sang Buddha, Buddhism...

Intisari Buku Mengenai Kelahiran Karya Ajahn Buddhadāsa

Sekalipun bukan perihal tujuan paling subtansial dari ajaran Buddhisme, menurut saya, kelahiran kembali adalah topik debateable dalam khasanah intelektual Buddhisme. Sebagai khasanah intelektual, karenanya kelahiran kembali atau kadang dipergunakan istilah "tumimbal lahir" lebih kentara penjelasannya sebagai proposisi filsafat, sekalipun Ajahn Buddhadāsa menerangkan dalam bahasa keseharian awam. Ajahn Buddhadāsa dalam seri nomor empat dari satu set buku Seri-seri Dasar Buddhis yang Kerap Disalahpahami ini menerangkan bahwa yang dimaksud kelahiran adalah "kelahiran mental", atau dalam istilah saya adalah keterusmenerusan bereksistensi (mengada), suatu rasa sadar bahwa ini aku dan selainnya bukan aku . Intisari Buku Dari pembacaan buku, berikut kiranya dapat disarikan dari pembacaan buku ini dalam sajian poin-poin paragraf. Pertama . Dari sudut historis dan kultural, Ajahn Buddhadāsa di awal buku menerangkan bagaimana pandangan spekulatif filosofis dan kultural orang...

8 Alasan Orang Memegang Agama-Kepercayaan

Ada banyak yang tak disadari seseorang yang percaya pada kepercayaan agama. Dalam mempraktikkan agamanya, banyak orang menemukan kenyamanan dan pelipur dari kenyataan hidup yang tak pasti. Ada alasan lain mengapa mereka tertarik pada keyakinan yang mereka praktikkan. Bagi kebanyakannya, kepercayaan adalah bagian dari pola asuh yang didapat seseorang di masa kecil dan mereka ketika dewasa melanjutkan tradisi yang diwarisi dari keluarganya itu. Kepercayaan memainkan peran penting pula dalam budaya karena berbagai alasan. Diindoktrinasi ke dalam Agama Tertentu Kuatnya dan terus menerusnya seseorang diindoktrinasi ke dalam agama tertentu menunjukkan bahwa orang mempercayai agamanya karena itulah yang terjadi pada mereka umumnya. Terutama oleh lingkungan keluarganya. Ini pula alasan mengapa anak dari keluarga beragama A mayoritasnya akan tetap pada agama A dewasanya, begitu juga yang beragama B. Diperkuat pula oleh lingkungan sekitar dari yang agak dekat hingga lingkungan umum di mana ia be...

Kunci-kunci Membaca Filsafat Anti-Natalis Benatar

Buku berjudul  Better Never To Have Been—The Harm of Coming to Existence (Oxford Press: 2006), kira-kira, agar mengena, bisa diterjemahkan "Lebih Baik Tak Lahir—Penderitaan Sebab Mengada", adalah buku menarik dan kontroversial. Ia mengusik hasrat alamiah mendasar spesies, mengusik hasrat manusia paling mendasar: memperbanyak diri atau berkembang biak. Buku ini adalah buku kontroversial, tetapi argumen Benatar adalah logis. Siapa Dia yang Mengusik Naluri Paling Mendasar Kita? Benatar adalah filsuf abad 21 yang corak filsafat eksistensialnya pesimistik, seperti halnya Arthur Schoupenhauer. Bisa pula dikategorikan nihilisme. Ia bukan saja membentangkan bangunan filosofisnya, tetapi, seperti kebanyakan kefilsafatan kontemporer berdiri sebagai "penafsir data-data saintifik", setelah memaparkan data dan gambaran prediktif, yang secara umum adalah melonjaknya penderitaan sebab meningkatnya populasi, ia juga mengajukan cara bagaimana agar populasi terbebas dari kemengadaan...