Buddhisme adalah sangat luas. Meliputi tradisi pengajaran, khasanah intelektual, hingga klenik (mistisisme), dan pengaruh-pengaruhnya terhadap aspek kultural di ruang budaya berbeda. Di antara ragam rupa yang mewarnai Buddhisme yang sedemikian ini, semua memiliki kesamaan pokok dan fundamental, yaitu Empat Kebenaran Mulia Beruas Delapan. Dan inilah ajaran paling fundamental dari ajaran Guru Siddharta Gautama.
Sekilas tentang Bikkhu Boddhi
Lahir di Broklyn, NY, pada 10 November 1944 dari orang tua Yahudi-Amerika. Dengan nama lahir Jeffrey Blocks, Banthe Boddhi adalah guru Theravadin. Ditahbiskan di Sri Lanka pada 1967 semasa masih manempuh pasca-sarjana.
Mengutip dari Wikipedia, ia memperoleh gelar B.A. dalam bidang filsafat dari Brooklyn College pada 1966 dan meraih gelar PhD di bidang yang sama pada 1972 dari Claremont Graduate University. Ia adalah tokoh Buddhis yang memberi pidato utama pada perayaan resmi Waisak pertama PBB pada 2000. Ia juga pendiri organisasi Buddhist Global Relief yang mendanai dan bergerak di bidang pengentasan kemiskinan serta kelaparan dan pemberdayaan perempuan di seluruh dunia.
Isi Buku
Dimulai aspek sejarah Siddharta Gautama sebagaimana narasi arus utama mengisahkan, tujuan ajaran Buddhisme yang menekankan pada pengembangan psikologis, dan ciri khas Buddhisme. Kemudian berlanjut ke bab berikutnya yang menjadi core ajaran Buddhisme, tiada lain adalah Empat Kebenaran Mulia. Keempat hal tersebut notabene bukan terpisah sebagai satu kebenaran akan kesadaran eksistensial kita, empat ialah (i) adanya ketidakpuasan/penderitaan, (ii) ketidakpuasan/penderitaan ada sumbernya, (iii) ada jalan penyudahan atau pelenyapan dari ketidakpuasan/penderitaan, (iv) jalan atau caranya, yaitu sebuah praktik harus ditempuh oleh siapa saja yang berkeinginan keluar dari penderitaan dan itu adalah
Referensi Pembanding
Sebagai Δgama Dharmik yang menekankan sisi praktis bagaimana menjalani hidup, Empat Kebenaran Mulia adalah doktrin paling fundamental, yang jika dikomparasikan ke agama Semitik dan teisme lain bisa dibilang sejajar dengan teologinya. Kita, untuk mendapat pemahaman lebih akan doktrin fundamental ini, perlu pula kiranya membaca buku Empat Kebenaran Mulia dari Ajahn "Robert Karr Jackman" Sumedho sebagai bacaan pembanding dan lanjut. Sekalipun menjelaskan hal sama, dengan banyak membaca pembabaran para guru dari tradisi Theravadin ini tentang empat hal dan faktornya, kita semakin banyak menemukan pemahaman ontologis yang menjadi modal memasuki praktik, yang nantinya memberi landasan saddha kita.
Hal Menarik
Sebagai susunan tiada terpisah semesta dan setua semesta itu sendiri, delapan faktor adalah pengetahuan akan eksistensi hakiki kita, pembentuk moralitas, dan kebijaksanaan diri menjalani tugas sebagai manusia menghadapi ketidaktetapan atau impermanensi dan ketidakpastian hal-hal. Banthe Boddhi di akhir bab kedua ini juga membabarkan pentingnya 8 faktor tadi untuk dilatih, yang manfaat dari kedelapan ruas/faktor tersebut bagi siswa awam non-monastik—biasa diistilahkan "perumahtangga"—keteguhan batin menghadapi dan menjumpai silih ganti momen dan peristiwa kehidupan yang fluktuatif yang mana kebanyakannya sering direaksi secara instingtif tidak membahagiakan atau menyenangkan oleh kesadaran eksistensial kita yang masih diselimuti ilusi keterpisahan.
Delapan faktor/ruas ini, dibarengi praktik hidup meditatif, memberi kita kemampuan batiniah bernavigasi di kehidupan ini (tentu dimulai dengan penelaahan kritis dan apresiatif sebelumnya) dan merampungkan tugas kehidupan sebaik mungkin sebagai manusia berakalbudi.